15 April 2014

Ekspresi pemberontakan dalam Dunia Musik





            Sering kita melihat dandanan jeans ketat robek, kaos sempit, atau fashion kulit dan rantai-rantai, serta aksesoris paku ala punk dikenakan anak muda, lengkap dengan rajah tubuh dan tindikan tida hanya di telinga. Sikap slengean serasa rockstar. Meski ketika bersentuhan dengan realita, kehidupan bermasyarakat yang sarat dengan nilai dan norma dan kaum mayoritas, mereka di beri label negative. Tapi justru mereka semakin melawan dominasi, memberontak kamapanan. Menapaki jejaknya, subkultur lahir dari keberadaan kekuasaan dominan yang dianggap mempunyai kepentingan dan tidak manusiawi. Subkultur tersebut tetap ada sebagai oposisi kemapanan bahkan ada role model-nya.
            Kaum muda identik dengan proses pencarian jati diri mereka mengidentifikasikan diri demi eksistensi dan tujuan mereka. Music dan segala pernak-pernik seperti fashion dan ottitude-nya adalah salah satu medianya. Muik menjadi media komunikasi massa yang kuat dan berpengaruh (selain televise dan internet) untuk menyampaikan sesuatu bagi kaum muda, baik dari karya maupun attitude musisinya. Mereka yang kritis cenderung mempertanyakan hal-hal di sekiarnya, termasuk kesenjangan social, dominasi kapitalisme, hingga membuat mereka mencari pandangan yang sejalan dengan mereka. Musik dengan segala ideology didalamnya menjadi wadah yang tepat bagi eksplorasi kaum muda.
            Anak muda akan cenderung mengidentifikasi bahkan mengimitasikan karya music, baik secara mentah-mentah maupun kritis. Hal itu berpengaruh pada pandangan hidup, ideology, attitude, bahkan memacu kreativias kaum muda dalam berkarya. Tidak ada yang salah , jika memang itu alasan atau bahkan pemicu untuk berkarya dan menjadi kritis.
            Semua label negative bias dianggap hanya pesan kosong yang tidak mau menerima sesuatu yang baru, yang beda, yang berontak karna kritis. Sikap konvensional hanya menang karna memang mayoritas dengan standar yang sempit.

Sumber : KULTUR UNDERGROUN: yang pekak dan berteriak di bawah tanah, Taufik Adi Susilo, Jogjakarta : Garasi, 2009

0 komentar:

Text Widget

Copyright © Jejak Senja | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com